Selasa, 14 Juni 2011

Cerpen Masa Kuliah


Ku Rindukan Figur Itu
Gelap tanpa cahaya. Pengap bagai penjara. Sarang laba-laba dimana-mana. Bau bangkai-bangkai hewan menyeruak dan menciptakan bau anyir tak sedap. Debu-debu beterbangan. Ada jejak-jejak kaki diantara debu-debu itu. Apabila jejak itu diikuti, akan tertuju pada seorang adam yang tak berdaya. Ia sudah sekarat. Tubuhnya penuh lebam dan ringkih. Wajahnya babak belur. Dan ada luka tusuk diperutnya. Ia mengerang kesakitan. Sang adam itu bernama Danu.
^_^
Sudah genap 1 bulan aku mencari Danu, sahabat kentalku dari TK hingga SMA. Sejak ia menghilang, aku merasa sepi. Tak lagi kudengar candanya yang ngelantur dan kadang kelewatan. Tak lagi ku dengar kisah-kisah hidupnya. Dan, tak ku lihat lagi tingkah anehnya yang kadang sembrono dan semaunya.
Aku masih ingat percakapanku bersamanya saat kami kelas 1 SMA…
18 November 2006
“Eh Ri, kenapa lo murung aja? Hidup dibawa santai aja! Gak usah lo pikirin yang gak penting!”, sapa Danu saat itu yang membangunkanku dari lamunan.
“Hmm… ada yang mengganjal di pikiran gue nih, bro… ini masalah… hmm… gue…”
“Belom bayar utang?”, potong Danu dengan cepat.
“Bukan!”, sahutku, walaupun memang masih punya hutang, tapi bukan itu yang aku pikirkan.hehe…
“Hmm… gaji lo dipotong?”, tebak Danu sekali lagi, karena dia tahu aku bekerja paruh waktu di warnet.
“Bukan juga!”
”Nah, yang ini pasti bener nih! Lo lagi.. mules yah?! Trus di WC gak ada air kan! Hahahaha…,” tebak Danu seenaknya.
“Ah, makin ngaco aja lo! Kalo itu mah, gue udah buru-buru nyerempet ke WC guru tau!”, jawabku sekenanya.
Dalam benakku, sembarangan aja ni anak nyerocos. Dia gak tau pikiranku lagi kacau berat.
“Udah ah, gue jadi males mau cerita nih, kalo lo kayak gini terus!”, kataku.
“Eh..eh…gak bro, gue becanda aja kok! Sekarang cerita deh sama gue! Gue kan malaikat penyelamat lo! Tul gak? Hehehe…”
“Makin ngawur aja lo! Gini..gue..gue jatuh cinta sama cewek, pada pandangan pertama , bro! Pusing gue! Yang ada di pikiran gue cuma itu cewek. Gue risih bro. gue tau gue ganteng, tapi…”, kata-kataku terpotong seketika.
“Stop-stop! Apaan tuh ngerebut gelar ganteng dari gue?!”, kata Danu protes.
“Yee…gue kan cowok! Ganteng dong! Maksa amat sih lu! Mau dilanjutin gak nih ceritanya?!,” kataku yang mulai geram.
“Yoha, bro… Lanjut deh! Siapa sih cewek yang buat lo jadi gini?”
“Hehehe…hehehe…”, pikiranku melayang ke seorang cewek yang bekerja di seberang warnet tempatku bekerja. Tanpa kusadari, aku telah larut dalam lamunan…
“Woi, cinta gila nih anak! Gue ngomong dikacangin! Kacang garrring..kacang garrring..”, sentak Danu sambil menirukan mamang-mamang penjual kacang.
“Hah! Kacang? Mana? Mana? Bagi dong, Dan!”, kataku yang kaget dengan sentakan Danu. Kebetulan pengen kacang.
“Gue lagi pengen serius nih dengerin cerita lo… lanjut dong… siapa sih cewek itu?”, Danu mengulang pertanyaannya.
“Iya..iya…sorry sempat gue kacangin..dia tuh bro, cewek paling manis yang pernah gue liat. Dia kerja di seberang warnet tempat gue kerja, pake jilbab bro! Ada satu hal yang bikin gue cinta. Dia orangnya gampang akrab dengan orang laen, walaupun menurut gue, dia rada ceplos. Kira-kira gue bisa akrab dengan dia gak ya? Hehehe…”
“Ckckck..kalo lo berusaha, pasti bisa bro! Baru kali ini lo jatuh cinta sampe segininya, bro! Lupa minum obat nyamuk yak?”, kata Danu ngelantur.
“Lo pengen gue ko’it? Ya udah, kita minum obat nyamuk sama-sama aja bro! Nyok kita beli!”, sambil menariknya beranjak dari duduk.
“Ah, gila lo! Gue kan becanda!”, kata Danu yang menghindari tarikanku.
“Abis gue cerita daritadi, lo bawa ngelantur!”, geramku.
“Buat kesekian kali, sorry bro..sorry…gak lagi deh! Percaya ama gue yang ganteng ini..”, kata Danu meyakinkanku diiringi narsis yang sudah serius, parahnya!.
“Kalo menurut gue, rata-rata cewek itu kayak mainan. Mau aja diajak sana sini sama cowok, asal akomodasi ditanggung! Ah, mereka murah! Kadang dibayar berapa aja mau. Asal mereka senang dan semua keinginan mereka terpenuhi! Makanya gue gak pernah bener-bener serius ngejalanin hubungan dengan cewek-cewek yang udah jadi mantan gue dulu. Bejibun tuh yang minta balikan, tapi gue tolak. Karna gue tau, mereka pengen ngeceng aja pake segala yang gue punya. Mereka semua matre! Gue muak sama cewek! Kecuali…emak gue…”, kata Danu yang tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
“Eits…cerita gue kan laen bro…sorry deh buat lo ngungkit lagi..”, kataku menyesal, sungguh aku tak bermaksud ceritaku bisa melahirkan tanggapan seperti itu dari sohibku ini.
“Santai aja, bro… Mudah-mudahan yang lo taksir, gak kayak mantan-mantan gue ya! Kalo emang dia kayak gitu, gak usah pake pikir panjang, buang aja pada tempatnya! Hahahaha…”, kata Danu menutupi raut kesedihan di wajahnya.
Aku tahu, hatinya perih mengingat Ibunya. Ibunya sakit keras gara-gara tak tahan melihat Ayahnya yang terus-menerus berselingkuh, bahkan berani menunjukkan selingkuhannya atau pelacur yang disewanya didepan mata Ibu Danu. Ibu Danu frustasi berat dan tekanan batin yang amat sulit tertanggungkan. Apabila ia melawan akan mendapatkan hadiah kekerasan fisik dari Ayah Danu.
Hanya Danu satu-satunya harapan baginya. Danu adalah penghapus kesedihan, pemberi kedamaian, dan penerang pelita dihatinya ketika redup tertiup amarah Ayah Danu. Satu kebiasaan yang tak pernah Danu lupakan dari Ibunya. Beliau selalu mengelus kepala Danu disaat ia marah, kesal, bahkan berbuat nakal. Sambil mengelus kepala Danu, ibunya tak bosan-bosan bercerita tentang kebaikan, dengan tujuan agar Danu selalu berbuat baik dengan orang lain dan menyadari kesalahannya.
“Nak, kebaikan akan menjagamu. Dan kejahatan akan merusakmu. Ingat ya, sayang…”
Itulah kata-kata yang sering diucapkan ibu Danu. Setelah mengucapkannya, Ibu Danu memeluk Danu dengan erat seperti orang yang benar-benar takut kehilangan sesuatu yang begitu berharga baginya. Bahkan hingga Ibu Danu meninggal dunia, beliau mengucapkan kata-kata itu lagi ke telinga Danu. Saat Ibu Danu meninggal dunia, Danu menangis sejadi-jadinya menatap jasad pucat itu hingga sesenggukan. Sedangkan Ayah Danu, hanya tersenyum sinis pada jasad istrinya yang telah terbujur kaku. Dan mulai saat itu juga, kebencian Danu kepada Ayahnya semakin memuncak. Ia berubah dari anak yang manis dan penurut, menjadi pembangkang dan pemberontak.
^_^
Danu, adalah anak tunggal, sekaligus pewaris perusahaan Ayahnya yang telah dijalankan secara turun-temurun oleh keluarga dari Ibu Danu. Ia tumbuh dalam kasih sayang Ibu, bahkan nyaris tak tersentuh kasih sayang Ayah. Ibu dan Ayah Danu menikah karena perjodohan. Tapi, Ayah Danu tak mencintai Ibu Danu.
Karena itulah, Ayah Danu menginginkan Ibu Danu hanya di saat perlu saja, itupun dengan cara yang kasar. Hal itu telah menjadi pemandangan yang biasa bagi Danu sejak kecil hingga Ibunya meninggal dunia pada saat ia kelas 1 SMA, karena bronkitis akut dan gastritis pada lambungnya. Danu tumbuh di lingkungan keluarga yang keras, tetapi penuh dengan gelimang harta. Segala kebutuhan hidupnya tercukupi. Kecuali, kasih sayang Ayah yang seperti jijik untuk menyentuhnya sekali saja. Bahkan untuk menatap Danu ia enggan. Padahal, Danu darah dagingnya juga dan akan mewarisi perusahaan itu untuk menggantikannya. Ayah Danu seperti manusia tak berhati. Dalam lubuk hati Danu, ia sangat merindukan figur Ayah yang begitu menyayangi anaknya. Tapi, Danu sadar, itu hanya harapan yang tak kan menjadi nyata.
^_^
Tak ku sangka, 2 bulan setelah percakapanku dengan Danu saat itu, ia menghilang. Tak ada kabar berita dan tanpa jejak. Ku hubungi semua nomor yang dapat mengkoneksikanku dengan Danu, tapi tak ku temukan jawabannya. Ponselku seperti mengejekku.
“Sudahlah, kawan… Tak perlu kau risaukan anak pembuat kasus itu! Mau kau pencet nomor-nomor itu berkali-kali pun, percuma saja! Tak kan ada petunjuk yang mengarah pada keberadaannya!”, begitu kira-kira kata ponselku yang sudah risih ku usik dari beberapa jam yang lalu.
Sulit ku percaya! Dalam pencarian Danu, aku bertemu lagi dengan gadis yang aku bicarakan dengan Danu. Tapi, ia kini berbeda. Aku terpaku pada penampilan barunya. Ia tak lagi ceplas ceplos, hanya senyum yang menghiasi wajahnya. Ia memakai baju yang lebih rapi dari biasanya, ditambah lagi warna rok, baju, dan jilbabnya serasi. Kerudungnya lebih lebar. Bajunya tak ketat seperti dulu. Ya Allah, ia seperti bidadari. Aku tertegun melihatnya, lalu aku tertunduk.
Saat pikiranku kembali lagi ke masa pertama bertemu, aku serasa kembali ke masa itu. Masa yang benar-benar indah dalam hidupku. Tanpa kusadari, aku salah tingkah. Dan ternyata, gadis itu memperhatikan tingkahku yang aneh. Setelah kusadari gadis itu melihatku, aku hanya bisa tersenyum padanya. Ia pun tak segan memberikan senyumnya padaku. Aku tersipu sendiri. Lalu, aku segera berlalu dari gadis itu. Aku kembali mencari Danu.
^_^
 Sebulan kurang seminggu sejak hilangnya Danu, aku masih belum menemukannya. Hingga akhirnya, aku nekat datang ke kantor Ayahnya. Setelah dipersilahkan satpam, aku menuju ruangan Ayahnya dengan hati dag dig dug duer! Eits, ini kan hati, bukan bom. Hehehe…
Kreeek!!
Kubuka dengan hati-hati pintu itu sambil mengucap salam. Aku hanya bisa ternganga melihat apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Seorang wanita, yang menurutku sekretaris Ayah Danu duduk mesra di atas meja kerja dan… sambil memamerkan auratnya! Aku ternganga dengan apa yang ku lihat. Aku tak ingin melihat ekspresi Ayah Danu lebih lanjut lagi.
“Ehm!”
Dehemanku memecah kesunyian diantara mereka yang matanya sedang sibuk memperhatikan satu sama lain. Seketika, mereka terkejut, lalu buru-buru merapihkan pakaian mereka. Ayah Danu menyuruh wanita itu keluar dari ruangan. Aku mendengar sesuatu yang diucapkan Ayah Danu pada perempuan itu.
“Sayang, nanti kita lanjutkan lagi ya.. Sekarang kamu keluar dulu, saya mau terima tamu.”
Wanita itu hanya tersenyum genit pada Ayah Danu sambil mengelus pipinya, dan tersenyum sinis padaku
“Kamu Fahri, ya?”, kata Ayah Danu membuka pembicaraan.
“Iya, Om. Apa Om sudah tahu keberadaan Danu?”, tanyaku.
“Keberadaan Danu? Hahahahaha… Hahahahaha… “
Aku hanya bisa terdiam melihat Ayah Danu yang seolah mengejek pertanyaan yang ku lontarkan. Aku menunggu jawabannya setelah tawa itu usai.
“Untuk apa kamu mencari anak sial kayak dia! Itu cuma buang-buang waktumu saja! Lebih baik kamu keluar sekarang!”, bentaknya mengusirku.
“Ta…ta...tapi, Om. Sa… saya…”, kataku terbata-bata.
“Saya bilang keluar, ya keluar! Kamu mau saya panggilkan satpam untuk menyeret kamu keluar?!”, bentaknya padaku sekali lagi.
“Nggak…nggak, Om. Saya akan keluar sendiri. Permisi Om. Assalamu…”
“Pergi!”, teriaknya.
“…’alaikum”, kulanjutkan salam yang terputus tadi, walau aku tahu tak akan ada jawaban.
Sempat kudengar suara sesenggukan tangis, yang diduga suara tangisan Ayah Danu. Lalu aku menutup pintu ruangan mengerikan itu. Aku jalan tergopoh-gopoh meninggalkan salah satu gedung pencakar langit di kota metropolitan ini. Hatiku perih, sakit, dan kecewa. Aku tak habis pikir, kenapa Ayah Danu sekejam itu pada anaknya. Ia benar-benar tak peduli.
^_^
20 Maret 2007
Aku membongkar koran-koran bekas yang tumpukannya menggunung di gudang. Topik yang kucari adalah tentang HAM, untuk tugas PKn-ku.  Ternyata, topik ini tak sulit untuk dicari. Aku mendapatkan banyak sumber, yang nantinya aku sortir yang terbaik. Tapi, aku terpaku pada salah satu judul berita di koran.
“Gadis Kelas 1 SMA Diperkosa Anak Konglomerat”
Ku baca berita itu dengan seksama. Isinya tentang seorang anak konglomerat yang memperkosa gadis itu hingga hamil 5 bulan.  Gadis itu sempat mendatangi Kepala SMA Bravo untuk mencari pemerkosanya. Gadis itu menanyakan keberadaan laki-laki yang berinisial Dn.
Entah kenapa, pikiranku langsung tertuju ke Danu. SMA Bravo adalah sekolah kami. Aku benar-benar tergelak dengan semua yang kuhadapi selama pencarian Danu. Dalam benakku, apakah Danu sebejat itu?
Lalu ku lihat tanggal koran itu, ternyata sudah dua bulan lalu. Tepat saat hilangnya Danu. Sayang sekali berita sepenting ini tak terbaca olehku. Aku kembali berusaha menguatkan diri untuk terus mencari Danu.
^_^
Dua bulan lebih sehari setelah hilangnya Danu, aku bertandang kerumah Danu. Disana hanya ada tiga orang pembantu. Suasana rumah terasa mencekam, lengang, sepi, dan tak kutemukan aura kehangatan keluarga seperti dirumahku.
“Ada siapa mbok dirumah?”, tanyaku pada mereka.
“Nggak ada, Den. Cuma kami bertiga”, jawab Mbok Ijah.
“Oh… boleh saya berkeliling rumah, Mbok? Saya ingin melihat-lihat saja. Kangen juga udah lama nggak main kesini.”, ujarku berdalih.
“Silakan, Den. Anggap saja rumah sendiri ya, Den. Kami bertiga mau beres-beres dulu. Nanti minuman buat Aden saya letakin di meja tamu ya..” tawar mbok Iyem.
“Iya, Mbok. Makasih…” kataku.
Aku mulai berkeliling rumah dari bawah hingga atas. Sampai ke loteng-lotengnya pun tak luput dari pengamatanku. Tapi, aku mulai curiga pada satu ruangan, tepat dibawah pijakan kakiku. Terdengar suara seperti orang yang berpindah dari tempatnya dengan terseok-seok. Dan aku lebih terkejut lagi, karena mendengar erangan kesakitan yang tertahan. Aku terpaksa berteriak, karena masih penasaran dengan apa yang kudengar.
“Mbok Minah! Bisa kesini sebentar?!”
“Iya, Den. Sebentar…”, jawab Mbok Minah
“Mbok, dibawah ini ada ruangan apa?”, tanyaku penasaran.
Mbok terdiam.
“Mbok, jawab!”, suaraku meninggi.
“E..eh..Iya, Den. Iya… dibawah ada ruangan bawah tanah. Disitu ada gudang. Nggak pernah ada majikan dirumah ini yang mau kesitu. Tapi…”, sahut Mbok dengan cepat, lalu dengan sigap menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ia menyadari latahnya yang mulai kumat.
“Tapi apa mbok?!”,tanyaku menyentaknya.
“E…eh..Tapi..tapi…ada orang di dalam gudang itu, Den!”, Mbok kembali keceplosan.
“Siapa, Mbok?”, tanyaku lagi.
Mbok kembali terdiam.
“SIAPA, MBOK?!”, kali ini suaraku membentak.
“A…a..ada Den Danu disitu! I…iya. Den Danu!”, si Mbok keceplosan lagi.
Tanpa banyak cingcong, aku segera mencari sendiri jalan ke ruang bawah tanah itu. Setelah beberapa kali salah pintu, akhirnya kutemukan ruang bawah tanah itu. Tempat yang benar-benar tak layak untuk manusia. Aku tak percaya dengan penglihatanku. Itu Danu!
Aku beregas memencet tombol ponselku menghubungi rumah sakit terdekat. Danu langsung dibawa ambulans menuju IGD. Setelah diperiksa, ternyata luka tusuknya tidak dalam. Ia masih bisa bertahan, walaupun tulang kakinya patah.
^_^
Aku selalu menjaganya. Dalam tiga hari berturut-turut ia menceritakan semuanya. Dari berita pemerkosaan itu, hingga ia disekap dan disiksa oleh suruhan Ayahnya sendiri. Ayah Danu tak mampu menyembunyikan malu yang sangat didepan publik. Karena malu, ia menyiksa Danu yang dianggap pencemar nama baik keluarga. Danu ingin bertanggungjawab, dan ia ingin keesokan harinya menikahi gadis yang telah dihamilinya. Aku menyambut itikad baik Danu dengan senyum bahagia.
Setelah perbincangan dengan Danu, aku segera menghubungi pihak-pihak yang bisa menyambungkanku dengan gadis itu. Butuh waktu beberapa jam untuk meyakinkan gadis itu dan keluarganya, bahwa Danu serius ingin menikahi gadis itu. Dan akhirnya, mereka sepakat untuk menikahkan Danu dengan gadis itu walaupun Danu sedang dalam kondisi yang menyedihkan. Gadis itu bernama Rasya.
^_^
Keesokan harinya, hari yang bersejarah dalam hidup Danu. Ia menikahi Rasya. Walaupun hanya jenis MBA, niat Danu untuk menikah begitu tulus. Tak tampak satupun keluarga Danu dalam pernikahan itu. Hanya ada tiga Mbok yang setia menemani dan melayani Danu. Dinding-dinding rumah sakit seolah menjadi saksi kebahagiaan mereka.
Proses pernikahan berjalan secara khidmat dan penuh keharuan. Mereka telah resmi menjadi suami istri. Tampak raut bahagia diantara kedua mempelai. Rasya mencium dengan lembut tangan Danu hingga meneteskan air mata. Begitu juga Danu, ia memeluk Rasya dan membelai rambut Rasya dengan lembut. Dan air mata Danu jatuh membasahi rambut Rasya. Orang di sekeliling mereka tak mampu lagi membendung air mata keharuan dan bahagia.
Tapi, tiba-tiba Danu menggeletar dan tak bisa berkata apa-apa. Rasya hanya bisa menangis melihat Danu tengah sekarat. Keluarga Rasya memanggil dokter agar segera menangani Danu.
Tiba-tiba gerakan menggeletar itu berhenti, dan klep jantung Danu seolah tertutup. Air mataku menetes. Bibirku bergetar hebat. Tenggorokanku terasa serak dan kering.
Pasukan berseragam putih itu datang. Mereka meminta kami keluar untuk memeriksa Danu. Kami hanya bisa melihat dari kaca. Mereka berharap kondisi Danu membaik. Suasana berubah menegangkan. Tak lama, dokter memanggilku, dan mengatakan Danu tak bisa diselamatkan lagi.
“Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un…”, kataku.
Lalu, mereka mengucapkannya juga.
Rasya menangis histeris. Keluarganya sampai kewalahan menenangkan Rasya. Mungkin karena frustasi berat, ia pingsan. Tiga mbok menangis sesenggukan, seakan sedih sekali mengetahui pangeran kecil mereka sudah tiada. Dan aku, berusaha tegar, walau air mata belum mau berhenti membasahi pipikiu. Ku biarkan mereka mengalir hingga puas. Hingga aku dapat menguasai diriku, dan mengikhlaskan sahabatku tercinta.
Ayah Danu datang dengan langkah yang gopoh. Ternyata, diam-diam mbok Iyem menghubungi Ayah Danu. Lalu, ia mendekap jasad anaknya yang telah ia sia-siakan. Ia menangis sejadi-jadinya.
Setelah puas menangis, ia tertawa terbahak-bahak. Orang-orang disekitar Danu hanya bisa terdiam melihat tingkah janggal Ayah Danu. Ayah Danu segera dibawa oleh perawat untuk menjauhi jasad Danu. Ia meronta-ronta sambil tertawa-tawa.
Aku kembali dipanggil oleh dokter jiwa yang memeriksa Ayah Danu. Ia menyatakan bahwa Ayah Danu adalah seorang psikopat, dan saat ini jiwanya benar-benar terguncang yang membuatnya bertingkah seperti orang gila. Kini, Ayah Danu mendekam di balik jeruji RSJ.
^_^
Tanah itu masih merah dan gembur. Tertulis Danu Yukito, Tanggal lahir : 18 Juni 1989, Wafat : 24 Maret 2007. Ia tenang di samping makam Ibunya. Rasya masih histeris dan menangis tersedu. Rasya merasa sangat kehilangan. Ia segera dibawa keluarganya pulang, walaupun Rasya meronta-ronta tak ingin pulang.
Tinggallah aku sendiri, di saat para pelayat telah pergi. Aku hanya terpekur memandangi makam sahabatku itu. Tak bisa lagi kubendung air mata. Aku memegangi nisannya. Ku baca lagi tulisan di nisan itu dengan seksama.
“Selamat jalan, Bro. Gue yakin lu bakal ketemu bidadari-bidadari surga, karna lu sahabat sejati gue, dan karna lu…ganteng…”, kataku lirih dan memaksakan diri untuk sebisa mungkin tersenyum.
Aku merasakan ia sedang tersenyum padaku, karena mendengar perkataanku yang konyol pada ujungnya. Dan lagi-lagi air mataku terjatuh, mengalir seiring derasnya hujan yang membasahiku. Hujan itu seolah memberiku energi baru agar aku lebih tegar menjalani hidup. Segala yang Ia ciptakan, akan kembali pada-Nya. Tepat pada waktu yang telah digariskan oleh-Nya.

1 komentar:

  1. Lucky 15 Casino - New Buffalo New Buffalo Hotel
    Find a list of hotels, motels, and 파주 출장안마 other popular attractions near 계룡 출장샵 Lucky 태백 출장안마 15 Casino 의정부 출장샵 in New Buffalo New 제주도 출장안마 Buffalo, including New Buffalo Hotel, Hotel & Casino.

    BalasHapus